Minggu, 21 November 2010

kau semakin tua

aku tidak pernah tahu persis
berapa waktu yang terlewatkan
antara kau dan aku
dari tahun-tahun yang seharusnya kita lalui
dengan tanganmu menggenggam tanganku
agar jalanku terbimbing, agar langkahku bertujuan pasti

bocahku,
kubiarkan bermain dengan impian keluarga yang utuh
kubebaskan ia menjelajah pelosok kesenangan semu
bahagiaku disana pada saat itu memudar dan terhapuskan di masa kini
masa dewasa

dewasaku,
kubiarkan kenangan yang pahit bila ditumpahkan pada kata sebagai sekedar angin lalu
kusimpan ia rapat dalam peti kenangan
kenangan indah bersama "partnermu"
kau dan "partnermu"lah yang membuatku harus ke dunia ini
dunia realitas yang sungguh tak nyata

saat ketidaksengajaan mengarahkan ruang pandangku
kuintip wajahmu,
kau semakin tua,
sesosok lelaki berjuluk bapak-bapak
kau semakin tua
saat ku terus beranjak dewasa
dan kau tampak semakin tua
ketika waktu berputar dan membesarkanku

kesadaranku pada ketuaanmu
membuncahkan hasrat tangis
tangis dengan rasa yang ku tidak pernah tahu apa namanya
tangis dengan rasa yang ku tidak pernah tahu darimana datangnya
tangisan ini menyayat,
sungguh meninggalkan bekas
tanpa air mata, tanpa nafas sengal
tangisan ini menyiksa memori lampau dan memori kini
dengan doaku padamu
kuharap tangis ini terobati dan takkan pernah ku mendapat cap durhaka darimu

skenario putih

aku pernah muda
mereka panggil aku si bocah
tidak pernah mereka salahkan mimpiku, hina anganku, atau melihat separuh mata citaku

melihat masa depan,
menata hidup kini,
nikmati di waktu nanti

dulu adalah aku akan berjas dan berdasi
kini aku orang yang hanya mengutil baju di pasar baru
dulu adalah aku akan memiliki mobil, dan menjadi bos yang tunjuk sini-sana
kini aku penodong pengemudi mobil, penyelinap rumah mewah, dan menguntit mencari mangsa kesitu kemari
dulu adalah aku akan jujur, ringan tangan membantu, senyum sapa ramah pada setiap yang dijumpai
kini aku sinistik, membrutal sadis, tipu nafasku, ringan tangan menghajar
dulu adalah aku akan alim dan putih
kini aku merasa indahnya "tobat" menuju alam gelap

kelam...
suram...
skenarioku tak pernah berjalan
terima kasih keadaan, terima kasih ligkungan
aku tidak akan pernah mampu menatap Sang Tuhan

Sabtu, 13 November 2010

bukan tidak mau maju

"raihlah tanganku, mari kita berjalan maju"

"beri aku sedikit waktu untuk terdiam"

"bukankah di depan sana banyak hal tidak terduga yang bisa membuat bibirmu tersungging ke atas?"

"ya, tapi cukup beri waktu saja, aku hanya ingin sedikit melangkah mundur, meresapi kejatuhanku, larut dalam tergelincirnya, aku tidak mau maju dulu agar aku tidak jatuh dengan cara yang sama dan lama yang kuusahakan untuk kembali berdiri tegap, masih beruntung aku dapat dibantu bangun olehmu tadi, namun apa jadinya bila aku tak dapat menemukanmu"

"ah sudahlah, tak apa kamu maju sekarang bersamaku, yang membuat manusia jadi seorang manusia adalah kesalahan. wajar bila kamu salah. kesalahan yang tak henti diperbuat adalah penguat cap manusia pada aku, kamu dan mereka."

"....., baiklah tapi aku tak akan melakukan kesalahan yang sama, karena jatuh kembali pada lubang yang sama itu bukan menyakitkan tapi mengesalkan bagiku"

"terserah deh, sekarang akan ku tarik tanganmu dengan paksa"