Minggu, 31 Oktober 2010

diantara mimpi dan nyata

malam menjelang
aku terjaga, masih terjaga
dengan segala riaknya, aku betah susuri jengkal-jengkal kehidupan
aku tak bisa tidur, aku sudah tak terbiasa tidur malam
aku sudah bersahabat dengan malam saat ini
ketika ku ingin terlelap
pagilah yang kutunggu datang
pagi yang gelap, pagi yang belum disinggahi matahari
dengan nikmat gelap yang kudapat aku rasa berbunga setiap malam

inilah aku di alam mimpiku
dengan segala cerita khayalan yang membawa alam sadar pergi jauh
dengan segala fantasi dan imajinasi yang rumit untuk dipahami
tapi kisah malam ini bukan khayalan, fantasi, ataupun imajinasi
ia datang dalam mimpiku
orang yang selalu kuharap masih ada disini

ia datang membawa kisah duka
ia membayang dengan kabar telah tiada
ia memang telah tiada
tapi saat mimpi itu menghampiriku, aku rasa dia ada di dunia nyata
hanya perasaan
dengan segala duga, sedih itu menyayat nyata
kini aku rasa dia kembali ada
entah dimana

dan mimpi itu begitu membekas,
dan nyata itu kian terasa semu,
saat kembali terjaga, aku tak tahu dimana aku berada

sedih senang begitulah cerita hidupnya

untuk cerita yang sudah lama tertanam
untuk derita batin yang begitu mengakar
mengapa sekarang lebih menyulitkan
untuk dia si anak yang sudah tak bisa disebut bocah kecil

anak (a) : memang aku masih bisa disebut beruntung, tidak seperti mereka yang tidak punya orang tua sama sekali, tapi bagiku ini cukup menyiksa, sungguh cukup menyiksa
narator (n) : haruskah kamu mengeluh?
a : tidak tahu, tapi begitulah, aku harus bagaimana?
n : ada masalah apa?
a : ketika aku kehilangan ibuku, aku sadar aku hanya tinggal memiliki satu orang tua. Memang dia tidak pergi kabur begitu saja, memang di masih menafkahi lahiriahku, memang dia masih mau bertemu, walau sangat jarang ku dapat menghitungnya. Kini, ketika kusadari hal itu, aku tidak pernah tahu rasa apa yang harus kupilih ketika bertemu dengannya.
n : bukankah harusnya senang
a : kupikir juga begitu, aku juga berusaha untuk senang, tapi ketika suatu waktu ia datang menemuiku, dia hanya bagaikan seorang investor saham suatu bisnis yang hanya melihat sedikit saja sisi luarku dengan bertanya penampilanku dan baju-bajuku, bukan kehidupan yang terjadi dalam hidupku. Ketika bertemu saat itu, ia hanya sedikit menyapa yang bagiku bukanlah sebuah sapaan sama sekali, dan berkata "bapak pegi lagi, buru-buru nih". Oke, apakah hubungan anak-ayah seperti itu yang seharusnya terjadi. Apakah itu sikap seorang ayah yang jarang bertemu dengan anaknya? Apakah itu yang harus dilakukan ketika anaknya pun jarang memberi kabar karena ingin lebih ditanya, bukan memberi tahu. Begitu rumitnya cerita masa laluku hingga aku tidak mau menceritakannya, begitu sakitya hatiku ketika ia mencampakkan ibuku, begitu dalamnya  sakit yang ia tanam dalam hatiku hingga aku tak punya lagi kekuatan untuk cerita semua hal itu.
n : oke, lalu?
a : yah begitulah aku sampai sekarang masih bingung tentangnya, dan aku tidak tahu harus senang dengannya karena ialah orangtuaku satu-satunya, atau kecewa setiap bertemu dengannya karena kukira ia telah berubah sejak ibu tak ada. mungkin kan kusikapi datar saja keberadaannya
n : satu saranku, tetaplah bersyukur nak

hidup orang memang berbeda, tapi begitulah adanya ketika jalan cerita dihadapi masing-masing individu
dan begini mungkin mimpinya
gambar : http://soulmotion.com/images/father-son-silhouette.jpg

inspirasi diambil dari sebuah tempat yang tidak ada

Sabtu, 23 Oktober 2010

bocah yang terbuang

cukup lama aku berkelana
merajut langkah melanjut hidup
tanpa arah, tanpa tujuan
dan cukuplah malam terselimuti resah
isyarat taman hati yang tak kunjung basah

di hela nafas yang ku punya
terkubur hasrat untuk bertanya
dimanakah mereka?
bahagiakah mereka?

saat ingin kususul mereka
berjumpa, dan sekedar lihat wajahnya
aku takluk, 
oleh dahsyatnya pesan mereka
yang tertanam jauh di dalam dada
"nyawamu bukan ditanganmu"

semakin jauh aku pergi
semakin melonjak hati tuk kembali
pulang ke kampung halaman
pulang ke tempat aku dilahirkan
dimana sempat ku tahu kebahagiaan
dimana disitulah rekaman kehidupan
yang kini tergeletak berpuing-puingan
akibat ledakan, akibat pertempuran, akibat peperangan

dan kini aku terbuang
menjadi sampah jalanan
terperangkap dalam indah kenangan

tahukah kalian?
air mata ini untuk kalian?
ayah, ibu, adik, paman yang telah berjalan di peristirahatan

inspirasi : dari para anak yang menjadi korban perang

Kamis, 21 Oktober 2010

pelaut tak berlayar

hidup didera angin
pijaki ombak susuri hari
gelap tak jadi gelisah
terang itu adalah tenang

si petualang air
penjelajah samudera
penantang cuaca
penikmat alam raya

dialah badanku
dialah mataku
dialah seluruh ragaku
tapi tidak dengan pikiranku
pelayaranku kini hanya selalu membawa jasadku
bukan aku

imajinku berkata
bukan ini nikmat yang aku pinta
walau terus kuterjang air namun hatiku tinggal di pesisir

bertahun terlewati
kukenal ombak dan samudera layaknya kekasihku
tapi suatu saat berjumpa pesisir
aku terjatuh, terjatuh pada hasrat nikmat sang koloni pasir

kini aku bimbang
dimana aku telah melewati masa lama dengan samudera
dimana aku ingin tinggal memijaki tanah tanpa cemas tenggelam di lautan
kuharap satu waktu aku dapat hidup lama disana
di pesisir yang aku inginkan dan aku rindukan


gambar : http://www.survivethesavagesea.com/images/Lucette_at_sunset.jpg

Kamis, 07 Oktober 2010

Kemarahan pada Cermin

hei kau yang kutunjuk
iya kau
yang balas menunjuk padaku
tahukah kau bila ku benci
kau tidak berguna
kau tidak bisa apa-apa
kau hanya bisa bicara
kau tidak pernah bekerja
dasar makhluk tak berguna!
mengisi rasa malas kala berleha
mendoktrin sulit saat terjepit

aku tidak pernah sadar
aku tidak mau berubah
saat menapaki evaluasi dan intropeksi
aku hanya bisa memaki dan mencerca diri


gambar : http://thatwoman.files.wordpress.com/2009/12/mirror-mirror.jpg

Senin, 04 Oktober 2010

ayah yang mencuri

aku tak pernah bermimpi
singgahi jalan kenistaan
tapi aku pun tak mampu untuk sekedar sadar
aku ingin ini hanya angan
yang terisi tawa canda di baliknya

mataku selalu terbelalak
bila dapati ku sendiri sedang berprofesi
bukan semangat yang kudapat
hanya debar jantung yang meningkat
diiringi dendang lambung di setiap aksi

di perjalanan kereta
di dalam angkutan kota
menyusup di malam buta
karena aku juga malu jadi peminta

aku hina!
aku terpaksa bangga!
ini bukan sekedar untukku
dalam gubuk berjuluk istana
belahan hati dan buah hati setia menunggu
demi aku dan setiap hasil curianku